Mesin rotary dikembangkan oleh Felix Heinrich Wankel (1902-1988), seorang insinyur berkebangsaan Jerman. Wankel mengembangkan ide mesin rotary pada tahun 1924 dan memperoleh hak patennya 5 tahun kemudian. Karena Perang Dunia II, Wankel mengalami hambatan dalam menciptakan prototype mesin rotary. Akhirnya, dengan menggunakan fasilitas produksi milik NSU Motorenwerke AG (NSU), Wankel berhasil membuat prototype mesin rotary pada tahun 1957. Tidak seperti mesin konvensional yang pistonnya bergerak naik-turun secara vertikal atau horizontal untuk menggerakan kruk as, mesin rotary memiliki piston yang bergerak berputar. Pada mesin konvensional, gerakan piston vertikal atau horizontal, atau gabungan keduanya, akan dirubah menjadi gerak putar pada kruk as sebelum dipindahkan ke roda. Karenanya mesin konvensional memerlukan banyak sekali komponen, sehingga mesin konvensional jauh lebih berat bobotnya ketimbang mesin rotary. Perubahan gerak dari piston ke kruk as dilanjutkan ke transmisi hingga ke roda juga mengakibatkan banyak daya yang terbuang. Pada mesin rotary, karena gerak piston yang berputar, maka tidak banyak memerlukan komponen, sehingga bobot mesin lebih ringan, dan mudah dalam perawatan. Dengan kapasitas yang sama dengan mesin konvensional, kinerja mesin rotary jauh lebih baik, ditunjukkan dengan akselerasi yang tinggi dengan getaran mesin yang minimal. Karena gerak piston yang berputar, maka mesin rotary tidak memerlukan klep dan nokes as (camshaft), mirip dengan mesin 2 langkah. Akibatnya, mesin rotary lebih boros bahan bakar dibanding dengan mesin konvensional. Karena boros serta power yang kelewat besar inilah maka mesin rotary jarang dipergunakan oleh produsen kendaraan.
Selain untuk mobil, mesin rotary juga dipergunakan untuk kapal, mesin pabrik, pembangkit listrik dan tentu saja sepeda motor. Berikut ini beberapa sepeda motor yang sukses menggunakan mesin rotary.
Suzuki RE5 500cc 1975-77, mesin rotary Wankel dipasok dari NSU, Jerman :
Van Veen OCR1000 1977 buatan Belanda, mesin twin rotary 1.000cc (2x498 cc) Wankel dipasok dari Comotor SA, perusahaan patungan antara NSU dan Citroën :
Norton Rotary 100 - 588cc 1988 :
Norton dengan mesin rotary-nya pernah turun di balap paling bergengsi Grand Prix 500 (sekarang MotoGP), pada musim balap 1990 -1994. Brian Crighton, bekas pembalap motor tahun 70-an adalah orang yang membidani lahirnya Norton rotary. FIM pada tahun 1990, dengan beberapa alasan, mengizinkan Norton dengan mesin rotary 588cc ikut berkompetisi dalam balap Grand Prix 500. Norton rotary untuk balap Grand Prix 500 disponsori oleh John Player Special (JPS), memiliki warna dominasi hitam, dan dijuluki Norton F1 karena warna dan model yang mengadopsi mobil balap F1 yang disponsori oleh JPS. Tahun 1990 merupakan tahun pertama Norton rotary berkiprah di balap Grand Prix 500, dengan pembalap Steve Spray dari Inggris, dengan sepeda motor Norton Rotary RCW588. Tahun berikutnya giliran Ron Haslam dengan NRS588, yang berada pada urutan 25 pada akhir musim. Norton rotary tidak mencatat prestasi yang menggembirakan selama mengikuti kompetisi balap Grand prix. Hal itu disebabkan antara lain karena banyaknya teknologi yang belum diizinkan dipasang pada Norton rotary. Tetapi Norton Rotary justru berjaya di kompetisi lokal, terutama di balap jalan raya paling legendaris, TT Manx di Isle of Man. Salah satu pembalap yang sukses di TT Manx adalah Steve Hislop pada tahun 1992. Norton rotary juga ikut dalam kompetisi balap lokal British Grand Prix.
Ron Haslam dan tunggangannya :
Steve Hislop saat mengikuti TT Manx 1992 :
Video :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar